Friday, August 22, 2008

Lesson #12: Perlakuan Tepat, Emosi Anak Berkembang Optimal

SEPANJANG hidupnya, manusia mengalami proses perkembangan. Perubahan – perubahan dalam perkembangan merupakan hasil interaksi dari proses – proses biologis, kognitif, dan sosioemosional.

Proses biologis meliputi perubahan pada sifat fisik seseorang. Proses kognitif meliputi perubahan pada pemikiran, inteligensi, dan bahasa. Sedangkan proses sosioemosional meliputi perubahan pada relasinya dengan orang lain, perubahan pada emosi, dan perubahan pada kepribadiannya. Proses – proses ini saling berkaitan dalam perkembangan seseorang sepanjang masa hidupnya.

Secara khusus, perkembangan manusia yang akan dibahas adalah perkembangan proses sosioemosional pada anak usia dini. Periode anak usia dini termasuk periode atau masa awal anak – anak (early childhood). Masa awal anak – anak adalah periode perkembangan yang terentang dari akhir masa bayi (2 tahun) hingga usia kira – kira 5 atau 6 tahun. Periode ini disebut juga tahun – tahun prasekolah (preschool).

Selama masa ini, anak – anak belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan ketrampilan kesiapan bersekolah, dan meluangkan waktu bermain dengan teman – teman sebayanya.

Perubahan yang pertama dalam proses sosioemosional adalah perubahan pada relasi anak dengan orang lain. Pada masa awal anak – anak, anak – anak biasanya mulai keluar dan memasuki dunia ini, mereka bertemu dengan teman – teman baru, menghabiskan waktu dalam berbagai macam lingkungan, dan belajar banyak hal baru yang menarik. Dalam menjalin relasi, anak – anak menjadi semakin tertarik pada anak lain. Mereka belajar berkomunikasi dengan jelas, belajar berbagi dan belajar memahami perasaan, keinginan, atau kemauan orang lain. Oleh karena itu, persahabatan merupakan landasan yang subur untuk perkembangan relasi anak pada masa ini.

Tahap perkembangan masa awal anak – anak disebut juga sebagai tahap bermain. Anak – anak mulai melakukan permainan, dan sesi - sesi permainan bagi anak – anak dalam usia ini berjalan dengan baik untuk pasangan yang terdiri dari dua orang. Hal ini dikarenakan pada masa awal anak – anak, mereka memiliki kesulitan untuk membina lebih dari satu hubungan pada saat yang sama.

Selain itu, anak – anak juga mulai mengembangkan ketertarikan pada permainan simbolik dan permainan berpura – pura. Permainan berpura – pura dapat memfasilitasi perkembangan emosi anak karena ketika bermain pura – pura, mereka dapat mengekspresikan atau memunculkan emosi yang berkaitan dengan permasalahan yang sensitif yang mereka pendam.

Perubahan dalam proses sosioemosional yang kedua adalah perubahan pada emosi anak. Dunia anak – anak dipenuhi dengan emosi dan pengalaman emosional. Emosi adalah bahasa pertama yang digunakan oleh anak untuk berkomunikasi dengan orang tuanya sebelum anak dapat berbicara dengan baik.

Emosi didefinisikan sebagai perasaan yang melibatkan suatu campuran antara gejolak fisiologis dan perilaku yang tampak. Fungsi utama emosi dalam perkembangan anak adalah (1) penyesuaian diri dan kelangsungan hidup, (2) pengaturan atau regulasi, dan (3) komunikasi.

Berkaitan dengan emosi, anak – anak yang ada dalam masa awal anak – anak mulai memiliki bermacam – macam ketakutan atau kecemasan. Ketakutan atau kecemasan yang dimiliki anak – anak ini juga cenderung memuncak. Contohnya adalah rasa takut ditinggalkan, rasa takut terhadap mimpi buruk, atau rasa takut pada gelap dsb.

Perubahan yang ketiga dalam proses sosioemosional adalah perubahan pada kepribadian anak. Menurut Erikson, tahap ini disebut tahap inisiatif versus rasa bersalah. Perkembangan anak pada tahap ini adalah belajar memiliki inisiatif atau ide tanpa terlalu banyak melakukan kesalahan. Inisiatif atau ide berarti tanggapan positif terhadap tantangan dunia luar, tangung jawab, pelajaran tentang kemampuan – kemampuan baru, dan awal anak memiliki tujuan.

Pada tahap ini, anak juga mulai memiliki kemampuan untuk membayangkan. Hal ini berarti anak perlu didorong untuk berimajinasi, memunculkan rasa ingin tahu dan ide – ide, serta mewujudkan ide – ide tersebut. Anak – anak yang mampu membayangkan apa yang akan terjadi, mampu membuat rencana, juga harus memiliki rasa tanggung jawab dan rasa sesal jika melakukan kesalahan.

Perkembangan kepribadian yang optimal adalah tercapainya keseimbangan antara inisiatif dan rasa bersalah. Jika tercapai keseimbangan, maka anak akan belajar memiliki tujuan atau sesuatu yang diinginkan dan diusahakan dalam hidupnya, serta rasa tanggung jawab dalam menjalaninya.

Bagian lain dari kepribadian adalah pemahaman diri. Pemahaman diri adalah representasi kognitif anak, bahan dan isi konsep diri anak. Pemahaman diri seorang anak didasarkan pada berbagai peran dan kategori – kategori keanggotaan yang mendefinisikan anak tersebut. Awal pemahaman diri yang belum sempurna dimulai dengan pengakuan diri.

Pada masa awal, anak – anak biasanya memahami diri dari sudut pandang fisik. Kebanyakan anak kecil beranggapan bahwa kepribadian merupakan bagian dari tubuh mereka. Anak – anak membedakan diri mereka sendiri dari orang lain melalui berbagai perbedaan fisik dan atribut – atribut material. Misalnya seorang anak membedakan dirinya dari anak lain dengan menyebutkan ciri – ciri fisiknya seperti berambut ikal, berkulit putih, dan berkaca-mata.

Orang tua, kerabat, guru maupun orang lain yang ada disekitar anak diharapkan dapat lebih menerapkan perlakuan yang tepat bagi anak – anak pada masa ini setelah mengenal proses perkembangan sosioemosional anak usia dini. Sehingga dengan perlakuan yang tepat, perkembangan sosioemosional anak juga akan berkembang secara optimal, menjadi yang terbaik untuk masing – masing anak.

P. Henrietta Siswadi, S. Psi, dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

dikutip dari www.kompas.com


0 comments:

 
© free template by Blogspot tutorial