Thursday, August 21, 2008

Lesson #9: 6 Perilaku "Menjengkelkan" Dan Menanganinya

Saat ini juga Audrey kerap melakukan kekerasan terhadapa teman sebayanya seperti menggigit dan memukul....Kanapa ya? padahal papi dan mami tidak pernah mengajarinya seperti itu. Seingat Papi, Papi juga tidak pernah memberi contoh seperti itu. Terkadang Papi dan Mami juga menjadi jengkel dengan ulah Audrey. Lalu bagaimana caranya untuk menanganinya? Mungkin artikel berikut ini adalah jawabannya:


Bersikaplah biasa saja ketika si kecil berulah menjengkelkan. Sebaliknya, beri perhatian lebih pada sikap manisnya.

Memasuki usia batita, si kecil yang tadinya bersikap manis cenderung menunjukkan perilaku menjengkelkan; suka merengek, memukul, menggigit, menjerit, berteriak-teriak, dan menuntut perhatian. Tak jarang orangtua sering hilang kesabaran sehingga dimarahilah si batita.

Sebenarnya, "perubahan" perilaku tersebut wajar-wajar saja. Mulai usia 18 bulan, ia menunjukkan kemampuan dirinya dengan ingin melakukan segala sesuatunya sendiri. Rasa ingin tahunya pun mulai berkembang pesat. Hanya saja cara berpikirnya sangat egosentris atau melihat sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri demi kepentingannya sendiri. Ini juga menunjukkan bahwa dirinya yang berbeda dari orang lain. Satu lagi ciri anak batita, ia belum terampil bergaul dengan teman sebaya. Nah, adanya faktor-faktor tersebut membuat perilaku yang muncul kerap bernada negatif.

Apa yang dapat dilakukan orangtua kala menghadapi si buah hati yang tidak mau berbagi dan begitu menuntut perhatian? Inilah cara-caranya. Dengan begitu, perilaku negatif batita akan menyurut di tahap-tahap usia berikutnya.

TIP & TRIK MENGATASI PERILAKU NEGATIF

PELIT

Anak usia ini memang belum bisa berbagi. Ia masih bersikap mementingkan diri sendiri, apa yang dipunyainya itu sebagai miliknya. Agak sulit untuk memberi penjelasan pada anak usia ini agar mau berbagi saat bermain bersama temannya, sehingga sering kita jumpai anak berebut mainan.

Cara mengatasinya:

* Jangan paksa anak untuk menyerahkan mainannya kepada si teman.

* Beri tahu dengan kalimat, misalnya, "Kalau kamu ingin main mainan punya Sashi (sebut nama si teman) dan Sashi memberikannya, tentu kamu akan senang, bukan?" Jadi, tunjukkan bahwa dengan berbagi akan membuat orang lain jadi senang. Akan lebih bagus bila ada contoh konkret yang dapat ditunjukkan pada anak saat bermain.

SELALU MENUNTUT PERHATIAN

Pola pikir anak usia ini masih egosentris, segala sesuatunya berpusat dan menunjuk pada dirinya. Begitu pula dalam hal tuntutan terhadap orangtua atau pengasuh, anak ingin selalu diperhatikan, ingin diajak main, ingin ditemani dan sebagainya. Orangtua yang punya anak lebih dari satu sering kali merasa kewalahan dengan tuntutan perhatian si batita yang masih sulit mengerti untuk bisa berbagi perhatian dengan adiknya. Biasanya tuntutan perhatian yang menjadi-jadi disebabkan rasa cemburu terhadap si adik.
Cara menanganinya:

* Saat ayah atau ibu bersama si adik bayi, ajak pula si batita untuk bersama-sama melakukan kegiatan entah bermain, mandi, makan, mengganti baju, atau mendongengi.

* Bersikaplah konsisten dengan selalu memberikan perhatian lebih kepada perilaku positif si batita. Anak-anak cenderung mengulangi perilaku yang berhasil memancing perhatian dari orangtuanya.

MENJERIT DAN BERTERIAK

Anak usia batita tengah mengarungi masa bereksplorasi. Ketika anak sedang bereksperimen dengan suaranya, ia seolah menemukan kenikmatan tersendiri dengan kekerasan suara yang ia ciptakan. Bisa juga anak meniru dari teman sepermainannya dan ia merasa senang dengan apa yang ditirunya. Apalagi jika jeritan atau teriakannya mampu menarik perhatian lingkungan.

Cara mengatasinya:

* Tidak menimpali dengan suara yang sama kerasnya, karena anak akan menganggap tingkah laku tersebut diperbolehkan. Hal ini malah memperkuat perilakunya.

* Ajak anak mengecilkan suaranya. Pandanglah matanya dan bisikkan sesuatu pada anak guna menarik perhatiannya sehingga ia tertarik untuk ikut berbisik atau bersuara pelan.

* Bisa juga dengan mengalihkan suara anak pada aktivitas lain seperti menyanyi, menirukan suara binatang, mobil, atau lainnya.

* Jangan dilarang tapi berikan pembatasan. Umpama, "Kalau mau teriak jangan di dalam rumah nanti adik bangun. Teriaknya di luar sana saja, ya."

MERENGEK

Umumnya, anak usia ini merengek karena ada sesuatu yang diinginkannya, dan sebelum orangtua mengatakan "tidak" maka ia mulai dengan suara rengekannya. Sering kali bila rengekan ini terus berlanjut akan muncul tingkah laku temper tantrum.

Cara mengatasinya:

* Ketika anak mulai merengek, berikan perhatian pada si anak dan cari tahu penyebab rengekannya.

* Bersikaplah tenang dan konsisten untuk tidak menyerah dengan apa yang dituntut anak lewat rengekannya.

* Alihkan perhatian anak pada hal lain. Contoh, anak merengek karena ingin beli mainan, maka alihkan perhatiannya pada aktivitas lain.

* Jangan berteriak meminta anak untuk menghentikan rengekannya, karena unjuk rasanya akan semakin keras dan dapat berlangsung terus hingga menjadi kebiasaan.

* Beri pujian bila anak menunjukkan tingkah laku sesuai dengan harapan.

AGRESIF
Bentuk tindakan agresif di usia batita antara lain memukul, mendorong, dan menggigit. Tindakan seperti itu merupakan ciri khas yang ditemui di usia ini. Namun sebetulnya anak tidak bermaksud agresif.

Ada beberapa hal yang mendorongnya bersikap demikian:

* Secara motorik kendalinya belum begitu baik dan anak belum mengerti apa akibat yang diperbuatnya. Contoh, ia ingin menyayang adik tapi bukannya mengelus, ia malah memukul.

* Meniru dari lingkungan. Misal, anak melihat adegan perkelahian di televisi dan ingin menirunya. Bisa juga ia meniru dari sikap orangtua yang agresif dalam mendisiplinkan anak.

* Berupaya menarik perhatian orangtua atau pengasuh karena ia merasa saat berkelakuan baik justru tidak dipedulikan. Dari orangtuanya anak belajar, dengan ia memukul maka ayah atau ibu akan memberi perhatian meski dalam bentuk marah, misalnya. Sikap agresif ini mengartikan bahwa anak butuh diperhatikan, ditemani, atau diajak bermain.

Cara mengatasinya:

* Ubahlah kalimat, "Jangan pukul! Jangan gigit!" dan sejenis itu, karena anak batita belum paham apa yang seharusnya dia lakukan. Jadi, beri tahu saja apa yang benar. Misalnya, "Oh, kamu mau sayang-sayang adik, ya. Coba, sini pegang seperti ini," sambil orangtua memberikan contoh atau membimbing tangan si batita untuk mengelus adiknya.

* Hindari bersikap agresif agar tidak ditiru anak. Kalaupun marah, lakukan dengan cara yang lembut tapi tegas.

* Jangan lupa untuk selalu memberi perhatian kepada anak di saat sedang berkelakuan baik. Beri ia pujian, pelukan, ciuman, atau elusan di kepala sebagai tanda dirinya diperhatikan dan disayang.

BICARA KASAR/KOTOR

Anak bicara kasar/kotor lebih karena meniru dari lingkungannya, mungkin dari teman atau televisi. Ketika si teman mengatakan sesuatu dan dilihat orangtuanya memarahi, maka mungkin saja si batita mencontohnya. Umumnya is belum tahu arti kata yang ditabukan itu, tetapi is menginginkan perhatian dari orangtuanya meskipun bentuknya berupa kemarahan.

Cara mengatasinya:

* Jangan bereaksi secara berlebihan saat anak mengucapkan kata kotor/kasar. Lebih baik ajak si kecil bicara untuk mengetahui dari mana is memperoleh kata tersebut dan untuk mengetahui apakah si kecil mengerti apa yang diucapkannya.

* Beri tau dan beri contoh bagaimana mengucapkan kata-kata yang baik. Lakukan dalam setiap kesempatan.

* Jangan terlalau pedulikan kata kasar/kotor yang sudah diucapkan anak. Kemungkinan hal itu akan hilang dengan sendirinya.

* Tidak memberi contoh buruk dalam mengucapkan kata-kata.

* Beri pujian, pelukan, dan ciuman bila anak sudah berbuat baik sesuai harapan orangtua.

Dedeh Kurniasih. Foto: Iman & Dok. nakita

Konsultan Ahli:

Dra. Surastuti Nurdadi, MSi.,

Staf pengajar Fakultas Psikologi, Bagian Psikologi Perkembangan Universitas

0 comments:

 
© free template by Blogspot tutorial